Senin, 21 Juli 2014

Bait terakhir

Matahari memang memiliki cahaya lebih banyak daripada bintang. Tapi itu bukan berarti bintang tak berhak menunjukan cahayanya. Dan itu juga takkan membuat seseorang berhenti untuk tetap jatuh cinta pada bintang dan setitik cahayanya itu.
Dalam cinta..
Kau pernah berkata dengan penuh semangat tentang bintang. Dan aku hanya dapat menjawab santai dengan modal tak memiliki pengetahuan tentang keberadaannya dilangit.
Kau berkata, indahnya bintang mampu membuatmu tersenyum dibalik kesedihan. Mampu membuatmu tenang dalam kegelisahan. Dan yang lebih mengejutkanku lagi, adalah kau telah jatuh cinta pada bintang itu.
Entah bagaimana.. Rasanya aku sulit memahami mu.
Mengapa bintang dapat membuatmu begitu kagum terhadapnya? Padahal ia hanya berdiam memamerkan setitik cahayanya disudut langit.
Mengapa bintang dapat membuatmu tersenyum? Padahal matahari lebih sering menerangimu dan lebih pantas mendapatkan senyummu.
Mengapa bintang mampu menenangkanmu? Padahal bintang tak dapat hadir setiap saat untukmu. Tak dapat membuat lelucon konyol yang menggelitik. Tak dapat memberikan bahunya untuk menjadi sandaranmu. Tak dapat menghapuskan air matamu. Tak dapat apa-apa, karena ia hanya diam disudut langit.
Benarkan?
Dengan senyuman, ia menjawab..
Sadarkah kau?
Bintang hanya diam dilangit karena ia sudah punya seseorang untuk mewakilinya dibumi..
Sadarkah kau?
Bintang tak pernah bermaksud memamerkan cahayanya. Ia hanya ingin menunjukan bahwa ia mampu menghasilkan cahayanya sendiri tanpa bantuan matahari, meski hanya setitik.
Sadarkah kau?
Bintang mampu membuatku tersenyum, meski katamu, matahari lebih pantas mendapatkannya. Ini bukan masalah pantas atau tidak pantas. Ini bukan masalah layak atau tidak layak. Tapi, ini adalah masalah dimana senyumku akan selalu ada karenanya. Dan aku, memilihnya.
Bintang bukannya tak bisa apa-apa. Ia memang hanya seperti terdiam diangkasa. Tapi, pejamkanlah matamu. Bayangkanlah setitik cahaya itu membawamu kedalam ruang yang penuh kedamaian dan impian. Coba dengarkanlah suara samar-samar mulai berdatangan menggema memenuhi sudut ruang. Dengarkan bagaimana suara-suara itu mengungkapkan harapan-harapan yang tak pernah kau bayangkan sebelumnya. Jika bintang bersedia membantu harapan-harapan itu untuk sampai ke telinga Tuhan, bukankan itu sebuah kemuliaan?
Dan.. Bukalah matamu. Langit ini bukan segitiga. Langit ini tak memiliki sudut. Dimanapun bintang berada, mereka akan menyebar dan membentuk rasi yang menakjubkan untuk dunia. Tapi, kau harus tahu, bintangku bukanlah dilangit. Bintang itu hidup dengan dunianya yang seperti tak terjamah. Terlalu rumit. Tapi ia mampu membuat lelucon konyol yang menggelitik. Terlalu jauh. Tapi ia mampu memberikan bahunya untukku bersandar, dan menghapuskan air mataku.
Jika kau ingin mendengar kalimat terakhirku, maka tunggulah pada bait terakhir catatanmu..

Apa? Aku justru merasa ini seperti lelucon. Kau tahu, aku masih ingin mencatat sedikit lagi, jadi tolong tahan dulu kalimat terakhirmu. Oke?
Ehm, ya.. Sebenarnya aku masih belum mengerti.
Ya, seperti ulat yang membutuhkan waktu agar bisa menjadi kupu-kupu sejati yang mempesona. Begitupun aku-butuh waktu.
Ya, aku butuh waktu untuk memahaminya, meski aku tak punya banyak waktu. Baiklah, aku sudahi saja semua ini. Dan, anggap saja ini sebagai akhir catatanku.
Ucapkanlah kalimat terakhirmu..

Ia menatapku, mencoba membawaku tenggelam dalam sejuta kata penasaran.
Ia pun menjawab..
"Bintangku disini, dibumi ini, dihadapanku, sedang mendengarkanku, dan memperhatikanku tanpa berkedip sedikitpun, tapi sayang.. Ia tak pernah menyadarinya.."

Bait terakhir catatanku,
Ayu..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih ya sudah membaca tulisan yang ditulis oleh orang gak jelas ini : ayu chan.. kritik dan saran akan saya terima.. silahkan beri tanggapannya yaa:)