Jumat, 25 Juli 2014

Doa

Ibu, malam ini begitu dingin. Aku ingin memelukmu seribu tahun lagi atau bahkan lebih, jika Tuhan mengizinkan.
Aku, anakmu yang telah banyak berdosa ini, ingin menjagamu dan memberimu seluruh kehangatan yang kumiliki.
Untukmu ibu.. Manusia luar biasa dengan kasihnya yang selalu ada sepanjang masa. Bak lagu yang selalu kunyanyikan sejak dulu hingga saat ini, bagai sang surya menyinari dunia. Bu, jika kau bersedih, menangislah bu. Jangan kau tahan kesedihan itu sendiri didalam hatimu yang terlalu lembut. Biarkan aku tahu, bu. Agar aku bisa memelukmu dengan segenap cintaku. Agar sepuluh jemari tanganku bisa menghapuskan air mata kepiluan yang mengalir diwajah anggun mu yang kini telah menyesuaikan diri dengan usiamu itu, bu.
Bu, jika kau marah kepadaku, marahlah, bu. Aku tak ingin membebanimu dengan sejuta kekesalan akibat ulahku, bu.
Jika kau sendirian, biarkan aku menjadi temanmu, bu.
Jika kau kegelapan, biarkan aku menjadi lilin untuk peneranganmu.
Jika kau kedinginan, aku bersedia menjadi selimutmu, bu.
Jika kau kesakitan, aku yang akan mengobatimu sekaligus menjadi obat untuk kesembuhanmu, bu.
Aku akan melakukan segalanya, bu.

Maaf. Maaf. Maaf.
Aku adalah anak bodoh, yang selalu saja mengecewakanmu.
Maaf. Maaf. Maaf.
Akulah anak paling berdosa yang selalu melawanmu.
Maaf. Maaf. Maaf.

Ibu, tangisanku ini tak berguna.
Aku rindu masa kecilku. Masa dimana ada ibu yang menghapuskan air mata anak manja ini. Aku rindu belaian tangan itu. Aku rindu saat dimana kau memilihkan salah satu baju dari dalam lemari.
 Kemudian memakaikannya ke tubuhku. Menyisiri rambutku. Menguncirnya, mengepangnya, atau menghiasinya dengan pernak pernik anak perempuan.
Aku rindu ketika kau menyuapi ku makan. Aku rindu, bu..
Jika saja waktu mau menunggu, bu. Maka aku akan memohon padanya agar aku bisa menjadi anak kecil kesayangan ibu dalam seribu tahun lagi.
Tapi, sayangnya waktu tak mau menungguku, bu. Waktu tetap dan akan terus berjalan sebagaimana mestinya. Membawaku ke masa pertumbuhan. Dan membuat ku berubah secara berangsur-angsur menjadi gadis remaja yang mencoba tegar. Mencoba bersedia, baik dalam keadaan siap ataupun tidak.
Hanya ada doamu yang mengalir bersamaan dengan aliran darah ditubuhku.
Entah berapa tahun lagi aku bisa menjadi anak mu yang sukses meraih cita-cita yang selalu kau dukung. Aku tak pernah tahu pasti, bu. Sama halnya seperti berapa lama senyum ibu tetap bertahan untuk mengiringi langkah kehidupanku.
Semoga nanti, kau masih tetap bersedia memberi senyuman kasih mu itu untukku, bu, jika nanti aku berhasil meraih masa depan yang baik. Maka, akan kubawa engkau ke tempat yang indah. Takkan pernah sekalipun aku berhenti membahagiakanmu, bu.
Jika dulu kau yang menyisiri rambutku, maka ada waktunya aku yang melakukan itu untukmu. Menjagamu, menyuapimu, merawatmu, mencintaimu dengan sepenuh cinta.
Semoga Tuhan kita meridhoinya, bu.
Amin.
Terimakasih, ibuku..
Salamku,
Ayu..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih ya sudah membaca tulisan yang ditulis oleh orang gak jelas ini : ayu chan.. kritik dan saran akan saya terima.. silahkan beri tanggapannya yaa:)